Demi Gunung Kendeng! Antara Kesetiaan Para Wanita Yang Rela Korbankan Jiwa Raganya Melawan Orang Yang Suka Berteriak Investasi


Tepat hari selasa tanggal 21 Maret 2017, banyak mata yang akhirnya meneteskan air matanya. Menangis karena kepergian salah seorang wanita yang selama ini ikut berjuang meneriakkan kelestarian alam di pegunungan Kendeng. Pada hari itu, sosok wanita yang ikut melakukan aksi cor semen di depan istana negara telah berpulang dipanggil Allah SWT. Wanita yang bernama Bu Patmi, sosok yang berusia 48 tahun itu telah meninggal dunia. Seolah Allah SWT memberikan pelajaran pada kita lewat kepergiannya seraya berkata :

"Bu Patmi, sudah cukup perjuanganmu untuk membela kelestarian alam pegunungan kendeng yang engkau cintai. Waktunya kamu pulang kembali kehadapan-Ku. Biarkanlah orang lain yang meneruskan perjuanganmu."

Sekitar pukul 02.55 WIB sosok wanita yang dikenal sebagai sosok yang gigih menolak keberadaan pabrik semen di pegunungan kendeng itu akhirnya meninggal dunia. Ia meninggal saat perjalanan menuju rumah sakit. Kabar itu pun cukup membuat orang-orang yang seperjuangan dengannya menjadi gempar. Sedih, duka, gelisah bahkan terasa begitu marah. Mengapa akhirnya ada nyawa yang terenggut dalam aksi menentang keberadaan pabrik semen itu.

Mungkinlah sosoknya yang sudah cukup berusia, membuat fisik dan raganya sudah begitu amat lelah. Namun yang pasti, hal itu membuat diri kita bertanya-tanya mengapa hingga sebegitunya orang-orang seperti Bu Patmi mau berjuang. Rela melakukan aksi cor semen seperti itu. Bahkan aksi tersebut sudah terjadi untuk kali kedua. Padahal kalau dipikir-pikir, buat apa di usia tuanya ia rela melakukan hal semacam itu. Dapat apakah dia, dapat apakah mereka, mendapat imbalan apa mereka. Bukankah lebih baik duduk manis di rumah menikmati masa tuanya? jawabannya sederhana, "Demi alam pegunungan kendeng yang tidak ingin rusak, agar bisa lestari sampai generasi selanjutnya."

Kita tentu menyadari, lain dengan sosok Bu Patmi. Ada kelompok masyarakat yang kontra dengan perjuangannya. Mereka yang pro pembangunan pabrik semen, mereka juga meneriakkan banyak hal. Banyak hal yang berkebalikkan dengan apa yang disuarakan oleh almarhum. Disinilah wanita-wanita yang dikenal dengan kartini kendeng tidak mau menyerah. Jika orang-orang yang mendukung pembangunan pabrik saja begitu semangat. Mengapa mereka tidak? walaupun niat mereka berjuang tidak diberikan imbalan gaji atau pesangon yang melimpah ruah.


Selasa malam, rumah duka Bu Patmi yang berada di desa Larangan Kecamatan Tambakromo Pati begitu ramai dipenuhi warga. Baik warga lokal maupun orang-orang yang merasa seperjuangan dengan beliau. Kini ia telah berpulang kehadirat Allah SWT, mungkin kini almarhum sudah bisa mengadu langsung kepada Tuhannya. Tentang apa yang terjadi dengan pegunungan yang diperjuangkannya. Kita hanya bisa berdoa, semoga amal perbuatan yang dilakukan beliau menjadi sebuah amal perbuatan yang bernilai baik dihadapan Allah SWT. Seraya diri kita bisa mengambil hikmah dari perjuangan yang beliau lakukan. Almarhum telah berpulang, mungkinlah kartini kendeng berkurang satu. Namun hal itu bisa jadi akan muncul lagi banyak kartini seperti beliau, seperti pepatah mati satu tumbuh seribu.


0 Response to "Demi Gunung Kendeng! Antara Kesetiaan Para Wanita Yang Rela Korbankan Jiwa Raganya Melawan Orang Yang Suka Berteriak Investasi"

BERLANGGANAN GRATIS VIA EMAIL

Dapatkan Artikel Terbaru Dari Blog Mas Agus JP Melalui Email Anda.