Ceritaku Bersama X AP 3, Pengalaman Mengajar di SMK Negeri 1 Salatiga - Catatan Sang Bidikmisi ke-28



Sejenak di suatu malam aku terdiam sambil membaca kalimat-kalimat yang tertulis singkat di beberapa larik kertas.

“Pak agus itu orangnya santai, baik, selalu punya cara untuk menghilangkan rasa bosan muridnya. Seperti menampilkan video / motivasi agar kita tidak mudah putus asa dan lain-lain. Maaf jika  X AP 3  agak susah di atur dan berisik.”

Beberapa kalimat yang diakhiri tanda tangan dengan nama Aprilia. Sebuah nama yang membuatku merasa ingin kembali bertemu dengan sosok murid-muridku dari sebuah sekolah di Kota Salatiga, SMK Negeri 1 Salatiga. Itulah salah satu yang kubaca malam itu, dari salah satu muridku dahulu. Aku kembali membaca lembaran kertas demi kertas di mejaku.

“Menurut saya Bapak itu sangat perhatian kepada kami, sayang kepada kami, sabar mengajar kami, pokoknya baik kepada kami. Hanya ucapan terima kasih yang kami sampaikan. Salam sayang murid kepada guru.”

Kalimat-kalimat yang ditulis oleh
murid-muridku dahulu, kala PPL (Praktik Pengalaman Lapangan) sebagai guru di SMK Negeri 1 Salatiga. Kalimat yang sering kali kubaca saat merindukan mereka. Lembar demi lembar hingga membuatku tersenyum dan terenyuh sendiri. Ingin sekali kembali bertemu mereka kembali. Hingga aku teringat akan masa-masa dimana aku mulai bertemu mereka di tahun 2010.

Tepatnya di bulan Agustus tahun 2013, menginjak waktuku kuliah pada semester tujuh. Aku pun mendapatkan mata kuliah PPL. Hingga singkat cerita aku pun ditempatkan di sebuah kota yang belum pernah aku singgahi. Kota yang mempunyai udara begitu dingin namun menyejukkan, kota Salatiga. Aku ditempatkan bersama 26 orang mahasiswa dari kampusku.

Kelas X AP 3

Beberapa hari observasi, hingga akhirnya pada suatu hari aku dan satu temanku bernama Khikmah diperkenankan untuk masuk ke kelas untuk menjajaki kelas yang akan kami ajar. Sesuai dengan jurusan yang aku tempuh di Unnes, Prodi Pendidikan Administrasi Perkantoran. Maka aku pun langsung diarahkan ke kelas Admisnistrasi Perkantoran. Tepatnya di kelas sepuluh, disini aku merasa beruntung juga, aku akan menghadapi murid-murid yang baru lulus dari SMP dan setingkatnya. Karena dengar-dengar dari banyak teman, jika di SMK itu bila menghadapi murid-murid dari kelas sebelas atau dua belas bakal banyak cobaan. Maklum, karena semua murid di AP kala itu adalah perempuan. Bisa saja, aku bakal salah tingkah jika menghadapi kaum hawa yang baru beranjak remaja itu. Bisa jadi aku bakal grogi tak banyak berkata kala berhadapan dengan sosok wanita-wanita yang lagi mekar-mekarnya itu.

Masuk di kelas X AP 1, aku lihat siswanya dengan antusias. Tepatnya para siswi, bukan para siswa. Aku senang mereka nampak masih lugu dan imut-imutnya. Namun kelas itu nampak sebagai kelas dengan banyak siswi pintar yang hobi belajar. Jadi kelasnya serasa kondusif dan tenang. Duh, aku jadi minder jika menghadapi kelas yang seperti ini. Sementara rekanku, Khikmah justru ingin sekali mengajar di kelas itu. Beberapa jam berikutnya, lanjut ke Kelas sebelahnya yaitu kelas X AP 2. Kelas yang kedua juga nampak tenang, namun lebih bersuara daripada kelas yang pertama. Hingga akhirnya masuklah aku di kelas X AP 3. Baru masuk saja, auranya sudah berbeda. Siswi-siswi di kelas ini sudah terlihat kegaduhannya, tepatnya mereka begitu aktif merespon kedatangan kami. Tidak seperti dua kelas sebelumnya, entah mengapa aku merasa tertarik dengan kelas yang satu ini. Rasanya ingin sekali kelas ini yang bakal aku ajar di masa praktik ini. Masa penjajakan pun selesai, aku dan Khikmah beserta guru pamong pembimbing kami pun berdiskusi tentang pembagian kelas. Akhirnya memang yang terjadi sesuai harapan, Khikmah dengan pasti memilih kelas X AP 1 dan aku pun dengan senang sekali mendapat jatah X AP 3. Sedangkan X AP 2 kami bergantian mengajarnya.

Masa-Masa Mengajar


Memang ekspetasiku tak meleset, X AP 3 ini akan klop denganku. Dari awal saat perkenalan, mereka begitu sigap sekali bertanya-tanya tentang profilku. Awalnya hingga membuatku grogi, mereka berani sekali ternyata. Tak seperti yang kubayangkan bahwa mereka masih lugu-lugu sebagai kelas sepuluh yang baru lulus dari SMP. Namun itu yang membuatku merasakan adanya kehidupan dalam kelas itu. Tidak hening dan penuh dengan celoteh-celoteh pertanyaan, hingga celoteh yang tak nyambung sama sekali.

“Cie-cie, cari perhatian. Cie cie...”

Sering kali kalimat itu terdengar, wajar saja karena aku adalah laki-laki satunya di kelas itu. Jika ada salah satu murid yang bertanya lebih. Langsung saja mereka serentak menyoraki yang bertanya. Membuat yang bertanya jadi memerah wajahnya, bahkan ada yang tak jadi bertanya hingga senyum-senyum saja. Hal itu begitu teringat di ingatanku, apalagi kala membaca salah satu kalimat yang diberikan padaku oleh salah satu muridku.

“Kami harap bapak dan Rini bisa bersatu dalam ikatan suci. Semoga sakinah mawadah warohmah”

Tulis seorang muridku yang sering kali menghidupkan suasana kelas, dalam tulisannya dengan nama inisial Enha. Namun ditulis juga namanya pula, Nurhayati. Hal yang bikin aku senyum sendiri, dia begitu sempat-sempatnya menggambar tulisan JKT 48, diakhir tulisannya disertai pula dengan kata “Hidup Cesar !!! AWWEKK”. Apapun yang dia tulis, aku senang karena dia salah satu murid yang mampu menghidupkan keceriaan murid yang lain. Namun ada pula tulisannya yang tak aku mengerti,

“Yang kami suka dari Pak Agus itu Asyik, pelajaran mudah masuk otak. Pokoknya Cukok Maroko Codot”

Kalimat yang terakhir itu yang sampai sekarang tak aku mengerti. Jangan-jangan dia sendiri yang mengerti, atau sebenarnya anak-anak X AP 3 sudah familiar dengan kalimat “Cukok Maroko Codot”. Entahlah bahasa planet mana itu.

Dari guyonan isi tulisan yang diberikan kepadaku itu pun aku jadi ingat muridku yang bernama Rini, 
tepatnya Dwi Novita Rini. Sosok gadis cantik yang tinggi semampai, bahkan lebih tinggi dari diriku. Muridku yang tiap mau menjawab, selalu memperkenalkan diri.

“Saya, Dwi Novita Rini. Bla bla bla...”

Selanjutnya langsung disambut teman-temannya sekelas dengan kalimat,

“Cie-cieee, Rini Cieee”.

Namun memang dialah murid terpintar yang aku ajar di kelas itu. Kehadirannya pun dan tingkahnya yang malu-malu karena disoraki bersama-sama itu pun membuat kelas menjadi tak sepi. Dia pun sering menjadi bahan celotehan untuk membuatku malu. Jika aku memperhatikan atau menyuruhnya maju atau menjawab, maka sering kali kata cieee yang terdengar.

Rasanya jadi senang mengajar mereka, mereka begitu aktif. Ntah itu aktif bertanya, atau sampai aktif mengobrol sendiri. Itu yang membuatku senang, karena aku tak ingin kelas terasa sepi. Sering kali aku pun mengajar mereka dengan metode Game. Metode itu sering aku terapkan, karena tak jarang aku harus mengajar di akhir jam pelajaran. Masa-masa dimana murid-muridku sudah merasa ngantuk, bahkan kadang juga sudah ada yang mulai menidurkan diri jika tak dibangunkan. Membuatku ingin membuat pelajaran yang berbeda bagi mereka. Hingga akhirnya, dengan sering kali memakai sebuah permainan dalam pembelajaran justru kelasku itu menjadi ramai di kala akhir pelajaran. Hal itu tak jarang membuat kelas disampingku terheran-heran, bahkan sang guru pamong pembimbingku juga.

Aku pun masih ingat, ketika di awal pembelajaran sekitar lima menitan itu aku beri mereka kutipan-kutipan kata motivasi ataupun mutiara. Dengan sedikit bercerita layaknya motivator amatiran, mencoba membuat mereka bersemangat untuk belajar. Walaupun aku tak bisa bergaya yang cool, karena muridku ada yang bilang bahwa jas almamater yang aku pakai terlihat agak kebesaran. Namun entahlah saat itu, aku merasa PD-PD saja. Bagiku yang penting mereka tak terganggu dengan penampilanku. Aku pun sering membuat mereka ketawa, dengan guyonan-guyonan aneh yang sebelumnya tak terfikirkan pula. Entah dengan bersama mereka, aku merasa santai saja melepaskan candaan. Hingga rasanya suasana kelas tak pernah sekalipun terasa menegangkan. Mereka pun memberitahuku bahwa suasana kelas tidak terasa menakutkan, aku pun entah mengapa tak pernah merasa marah dengan mereka.


Beberapa minggu berlalu, aku pun menjadi sangat akrab dengan mereka. Tentu mereka masih ingat dengan nama Pak Dadang, sebuah nama yang sering kali menjadi kambing hitam dari materi-materi kearsipan yang aku berikan kepada mereka. Sebuah nama fiktif yang sering kali menjadi tokoh dalam contoh-contoh materi-materi yang ada. Entahlah siapa itu Pak Dadang, dialah sosok yang membuat kelas itu hidup dalam materi yang ada. Keakraban yang terjalin membuatku kadang kala jadi tak tegas atau sulit membuat mereka menurut seketika. Mereka sering kali menego pelajaran, mau istirahat dulu atau pelajaran dulu. Pengen pulangnya cepat, ataupun permintaan aneh yang lain. Tat kala demikian, aku pun berinisiatif memutarkan mereka video motivasi. Tak jarang mereka pun akhirnya meneteskan air mata. Awalnya mereka yang kurang semangat, menjadi begitu tergugah untuk kembli semangat belajar.

“Ah Pak Agus membuat kita nangis, emmm tapi jadi semangat setelahnya.” Ucap salah satu murid sambil mengelap tetesan air matanya.

Aku rasanya senang bisa membuat mereka menetesekan air mata. Karena setelahnya pasti mereka kembali bersemangat kembali. Saat seperti itu rasanya aku jadi merasa seorang motivator, duh padahal hanya membuat satu kelas saja yang menangis. Anehnya, mereka tak kapok-kapoknya mau aku putarkan video motivasi.

Hari demi hari, aku pun sering tak sabar untuk segera mengajar. Rasa kangen itu ternyata ada bagi para murid-murid. Jika sudah tercipta sebuah ikatan, hal itu membuat kita ingin sekali segera berjumpa. Satu hal lagi yang membuatku senang dan kadang juga mampu menghiburku, ada satu murid yang wajah dan perawakannya mirip sekali dengan salah seorang yang pernah membuat hatiku tertarik padanya. Seorang wanita yang pernah membuatku kaget karena tak aku sangka tiba-tiba mencium tanganku saat bersalaman pamitan. Ya, aku pernah menyukai seseorang. Ajaibnya, ternyata muridku di X AP 3 ada yang mirip sekali dengannya. Tat kala tanpa sengaja aku memperhatikan muridku itu, duh langsung teringat sosok yang jauh dariku saat itu juga. Namun aku tentu tak berbuat lebih kepada muridku itu, dia hanya muridku. Bukan dia yang disana, dia ya dia. Muridku yang satu ini pun mampu membuatku tersenyum sendiri, tenyata Allah banyak menciptakan sosok yang relatif sama.

Beberapa bulan berlalu, akhirnya masa PPL pun segera usai. Berat rasanya memang harus berpisah dengan murid-muridku di X AP 3. Murid-muridku yang sering menjuluki kelas mereka dengan slogan, X AP3 Always Enerzig And Gaspol. Entah slogan aneh apa lagi itu, namun justru itulah yang buatku berat meninggalkannya. Namun apalah daya, ini semua memang jalan cerita yang harus aku lewati. Aku pun harus kembali dalam dunia perkuliahanku. Terakhir aku pun pamitan kepada mereka, mereka pun nampak agak kecewa dan sedih pula. Walau ada pula yang cuek juga. Namun yang aku terenyuhkan, ternyata ada pula yang mampu hingga berkaca-kaca bola matanya. Aku ajak mereka tuk berfoto bersama, sekadar sebagai pengingat mereka sebagai salah satu momen yang istimewa bagiku. Aku pun meminta mereka menuliskan komentar, saran dan kesan tentangku. Aku minta mereka menuliskannya dalam sebuah kertas. Kalimat-kalimat itulah yang aku baca pada malam ini.

“Mungkin selama kita diajar, kita sering tidak mendengarkan. Saya beserta teman-teman AP 3 meminta maaf sebesar-besarnya. Banyak motivasi dari bapak. Terima kasih Pak, untuk bekal esok nanti. Selalu ingat AP 3, don’t forget me : )“ Tulis Lailatul Fitriya.

“Semoga Pak Agus gak lupa ya sama X AP 3, yang selalu bikin Pak Agus kesel. AP 3 yang selalu PAK DADANG. AP 3 yang selalu Enerzig and Gaspol. Maafin kita ya Pak jika punya salah” Tulis Fera Puspita Sari.

“Makasih banget atas semua usaha bapak buat kesabarannya dan usahanya buat ngajar saya, semoga aja bapak bisa jadi orang yang sukses nantinya. Amin” Tulis Ana Nur Janah.

“Thanks for All and Don’t forget me Pak !!!” Tulis Dwi Novita Rini.

Hingga tulisan yang begitu buatku ingin sekali terus mengajar mereka, tulis muridku bernama Agustina.

“Sebenarnya aku lebih suka kalau yang ngajar itu adalah Pak AGUS...”.

Banyak lagi lembaran kertas yang aku baca, dari harapan, saran maupun kritikan. Apapun yang mereka tulis, aku tetap senang telah punya kesempatan untuk mengajar mereka. X AP 3, semoga kita bisa bertemu kembali dalam suasana yang lebih baik dan menyenangkan. Semoga kalian pun bisa menjadi orang-orang yang sukses dan bahagia hidupnya. Tercapai keinginan dan cita-cita mulia kalian.


                                                                            - @ -


Pelajaran Berharga :
Pertama, saat kita mampu menikmati apapun yang terjadi pada hidup kita. Maka hidup kita pun akan merasakan kebahagiaan yang luar biasa. Kebahagiaan yang benar-benar dirasakan oleh hati. Entah mendapatkan imbalan atau tidak, entah mendapatkan banyak pujian atau tidak. Namun itu mampu membuat kita menjadi lebih baik dan pintar-pintar bersyukur.

Kedua, orang lain akan  cenderung lebih menyukai terhadap diri kita. Jika kita mampu memberikan yang istimewa bagi mereka. Memberikan suatu yang tanpa dipaksa ataupun dengan cara yang tidak menyenangkan bagi mereka. Mungkin kita bisa lepas dari semua kebiasaan rata-rata, lalu menciptakan suatu kreasi yang baru yang mampu membuat orang lain merasa bahwa itulah istimewanya.

Ketiga, saat kita mau berbagi motivasi dan inspirasi kepada orang lain. Maka saat itu juga, ternyata kita juga merasakan kepuasan tersendiri. Di saat itu pula terasa bahwa kita telah berguna bagi orang lain, walaupun itu sangat kecil sekali. Karena sebanarnya bukan seberapa besar yang bisa kita berikan, namun seberasa besar kita mau mengapresiasi apa pencapaian yang telah kita lakukan.

Keempat, sesuatu yang menyenangkan membuat kita merasakan kerinduan. Maka tentu jika kita ingin dirindukan oleh orang lain, kita harus menjadi sosok yang menyenangkan. Seseorang yang hadirnya diharapkan ada, jika tak ada sunguh dinanti-nanti. Jika kita bersamanya merasa ingin berlama-lama, dan tak ingin berpisah dengan kebersamaan itu.

0 Response to "Ceritaku Bersama X AP 3, Pengalaman Mengajar di SMK Negeri 1 Salatiga - Catatan Sang Bidikmisi ke-28"

BERLANGGANAN GRATIS VIA EMAIL

Dapatkan Artikel Terbaru Dari Blog Mas Agus JP Melalui Email Anda.